Bangga Menjadi Anggota Paskibra
PERASAAN bangga dirasakan seluruh anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Betapa tidak, mereka orang terpilih di antara sekian siswa yang sebelumnya juga berebut untuk menjadi pasukan itu. Tak terkecuali bagi dua pembawa bendera masing-masing pengibar dan penurun bendera pada upacara Peringatan HUT Ke-66 Kemerdekaan RI tingkat Kota Salatiga.
Bagi Ratna Safitri, dirinya bersyukur tugas mulia itu berhasil dijalankan dengan baik sebagai pengibar bendera. Siswa SMAN 3 Salatiga mengaku deg-degan saat detik-detik menjalankan tugasnya. Namun begitu semua berjalan lancar, perasaannya pun lega.
“Senang rasanya menjadi Paskibra. Kesempatan ini belum tentu bisa dilakukan kedua kali di masa mendatang,” kata putra bungsu dua bersaudara yang tinggal di Perum Candirejo Permai ini.
Perasaan sama dirasakan Norma Hana Pawestri yang membawa bendera penurunan. Siswi SMAN 1 Salatiga ini merasa bangga bisa terpilih menjadi penurun bendera. Sebelumnya gadis yang beralamat di Wates Wetan, Patemaon, Tengaran Kabupaten Semarang ini tidak menyangka akan diberi tugas mulia ini.
Dikarantina
Menjadi tim Paskibra Salatiga memang harus menjalani proses seleksi yang ketat. Sebelum menjadi tim yang berjumlah 80 orang ini, ada sekitar 400 anak yang merupakan usulan dari berbagai sekolah di Salatiga baik negeri maupun swasta yang ikut bersaing.
Penggemblengan dalam latihan pun tergolong berat. Selama lebih kurang 17 hari, mereka dikarantina dengan dilatih baris berbaris di lapangan terbuka yang ditangani para pelatih dari anggota TNI Kodim 0714/Salatiga.
“Awal-awal latihan terasa berat. Sebab selain bulan Puasa, kami harus latihan di tempat yang panas di jalan raya dan lapangan Pancasila. Tetapi setelah dijalani, ternyata asik karena saya sadari bahwa ini bukan tugas sembarangan melainkan tugas mulia untuk negara,” tandas Norma.
Beberapa hari menjelelang pelaksanaan upacara, semangat para anggota Paskibra dalam latihan semakin meningkat. Maklum, di saat itulah akan dilakukan pembagian kelompok antara kelompok delapan, 17, 45, dan pagar betis. Mereka tentunya ingin dimasukkan menjadi kelompok yang dianggap paling bergengsi yaitu kelompok delapan. Bahkan mereka yang dikelompokkan menjadi pagar betis seolah kurang sreg. Padahal menurut pelatih mereka semua posisi sama.
“Kami senang menjadi pembawa bendera. Ini berarti bisa mengalahkan rekan-rekan saya satu tim. Berarti saya pilihan dong,” kata Ratna sambil bercanda.
Wajah-wajah kecerian terpancar dari seluruh anggota Paskibra usai upacara. Mereka seolah telah menjalankan tugas negara dengan sempurna sesuai arahan saat latihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar